Senin, 19 November 2012



Muchoadhesive Sublingual

Disusun oleh:
    ALEX BONAJAYA







BAB 1
PENDAHULUAN
1.3.       Latar Belakang
Kemajuan ilmu teknologi dalam bidang farmasi sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu sediaan obat. Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan pertimbangan karakteristik fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan aktif dan bahan-bahan farmasetik yang digunakan harus tercampurkan satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan suatu produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan murah (Ansel, 1989).
Salah satu sistem yang dikembangkan untuk tujuan pemberian obat dengan memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi dan memperpanjang waktu absorbsi adalah sediaan mukoadhesif. Sediaan mukoadhesif juga memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorbsi sehingga dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kinerja terapi obat. Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mukoadhesif telah dikembangkan untuk penggunaan oral, buccal, sublingual, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan lokal.
Sediaan mukoadhesif sublingual diharapkan dapat memberikan efek segera dan berlangsung lama.
Pada awal tahun 1980-an, konsep adhesif mucosal atau mukoadhesif mulai dikenalkan dalam system penghantaran obat terkendali.  Mukoadhesif  adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithel permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.
Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan yang dihasilkan oleh kontak antara adhesif sensitif-tekanan dan permukaan. The American Society of testing and materials mendefinisikan Adhesi sebagai keadaan di mana dua permukaan yang diadakan bersama oleh gaya antarmuka, yang dapat terdiri dari gaya-gaya valensi, aksi atau keduanya saling terkait.
Dalam sistem biologis, bioadhesi dapat dibedakan menjadi empat jenis :
  1. Adhesi sel yang normal pada sel normal yang lain
  2. Adhesi sel dengan zat asing.
  3. Adhesi sel yang normal terhadap sel patologis.
  4. Adhesi suatu adhesif/perekat terhadap zat biologis.
Untuk tujuan penghantaran obat, istilah bioadhesi menyiratkan pelengkap sistem pembawa obat menuju lokasi biologis yang spesifik. Permukaan biologis dapat menjadi jaringan epitel. Fenomena ini disebut sebagai mukoadhesi jika tambahan perekatnya adalah sebuah lapisan mukus,. Bioadhesi dapat dimodelkan setelah tambahan bakteri menuju permukaan jaringan, dan mukoadhesi dapat dimodelkan setelah pelekatan mukus pada jaringan epitel.
1.2        Tujuan
1.      Tujuan Umum
·         Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr. Teti Indrawati, MS.Apt selaku dosen pengajar Biofarmasi
2.      Tujuan Khusus
·         Mengerti apa itu sediaan tablet mucoadhesif sublingual.
·         Mengetahui macam-macam sediaan mukoadhesif sublingual.
·         Mengetahui perjalanan obat dengan sistem mukoadhesif sublingual tersebut dalam tubuh.
1.4.       Permasalahan
-          Bagaimana biofarmasi obat dalam bentuk sediaan mukoadhesif sublingual.






















BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Mekanisme mukoadhesif
Bioadhesi merupakan fenomena yang tergantung pada sifat bioadhesive. Tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus, maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric.
Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.
2.2     Penggunaan Obat Mukosa Bukal
Penggunaan obat melalui membran mukosa di dalam mulut, dapat dibagi menjadi area non keratin, meliputi di bawah lidah (sublingual) dan antara pipi dan gusi (mukosa bukal). Sedangkan area keratin meliputi di sekitar gusi (gingiva), disekitar langit-langit mulut bagian atas (palatal mukosa) dan di dekat bibir. Membran mukosa mempunyai luas area 100 cm2 dan mempunyai karakteristik yang berbeda–beda, meliputi ketebalan dan aliran darah tergantung dari lokasi serta aktivitas yang dilakukan (Crick, 2005).
Penghantaran peptida melalui rute membran mukosa, ternyata dapat mengurangi terdegradasinya enzim jika dibandingkan dengan penggunaan obat secara nasal, vaginal dan rektal. Rute membran mukosa menjadi kurang baik jika berinteraksi dengan protease, seperti pepsin, tripsin dan chymotripsin. Hal ini disebabkan ketiga senyawa tersebut merupakan produk yang dihasilkan oleh lambung dan usus halus, selain itu keberadaan ketiga senyawa tersebut memang dimaksudkan untuk menghidrolisis peptida (Crick, 2005).
Patch Bukal
Patch bukal adalah bentuk sediaan obat yang berdasar pada mukoadhesif sistem. Menurut Mathiowitz et al. (1999) ukuran ketipisan patch bukal antara 0,5-1,0 mm, apabila lebih kecil akan menyulitkan dalam pemakaiannya. Pelepasan zat aktif pada suatu patch dikenal dengan metode tidak langsung. Menurut Lenaerts et al.(1990), patch terdiri dari 3 lapisan yaitu:
a.       Permukaan dasar mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif polikarbopil,
b.       Permukaan membran yang merupakan tempat terlepasnya obat,
c.       Permukaan impermeable, yang langsung bersentuhan dengan mukosa.
Desain bentuk patch dengan metode tersebut dapat dilihat pada gambar 1.





 Gambar 1. Desain Patch Bukal unidirectional (Lenaerts et al.,1990)
Guna mendukung sistem tersebut, dibutuhkan eksipien yang berfungsisebagai polimer mukoadhesif. Menurut Grabovac et al. (2005) polimer mukoadhesif adalah makromolekul natural atau sintetis yang mampu bekerja pada permukaan mukosa. Polimer mukoadhesif sudah dikenalkan pada teknologi farmasi sejak 40 tahun yang lalu, namun baru beberapa tahun terakhir metode ini dapat diterima.
Polimer mukoadhesif dianggap dapat sebagai terobosan baru sebagai sediaan lepas lambat dan meningkatkan sistem penghantaran obat secara lokal.




















BAB 111
PEMBAHASAN

3.2        Mukoadhesif Sublingual
Mucoadhesive di kenal pada tahun 1980 sebagai sistem penghantaran obat terkendali. Mucoadhesive adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus. Sistem penghantaran obat mucoadhesive memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat. 
Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mucoadhesive telah dikembangkan untuk penggunaan oral, sublingual,  buccal, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan lokal.
Penggunaan obat melalui membran mukosa di dalam mulut, dapat dibagi menjadi area non keratin, meliputi di bawah lidah (sublingual) dan antara pipi dan gusi (mukosa bukal). Sedangkan area keratin meliputi di sekitar gusi (gingiva), disekitar langit-langit mulut bagian atas (palatal mukosa) dan di dekat bibir. Membran mukosa mempunyai luas area 100 cm2 dan mempunyai karakteristik yang berbeda–beda, meliputi ketebalan dan aliran darah tergantung dari lokasi serta aktivitas yang dilakukan (Crick, 2005).
Penghantaran peptida melalui rute membran mukosa, ternyata dapat mengurangi terdegradasinya enzim jika dibandingkan dengan penggunaan obat secara nasal, vaginal dan rektal. Rute membran mukosa menjadi kurang baik jika berinteraksi dengan protease, seperti pepsin, tripsin dan chymotripsin. Hal ini disebabkan ketiga senyawa tersebut merupakan produk yang dihasilkan oleh lambung dan usus halus, selain itu keberadaan ketiga senyawa tersebut memang dimaksudkan untuk menghidrolisis peptida (Crick, 2005).
3.2     Kelenjar Sublingual



                       

Gambar 2.1 Anatomi Lidah

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.
3.3      Metode Mucoadhesive
Mekanisme mucoadhesive pada tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus,
maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam
celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric. Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.
Tiga kategori utama aplikasi sediaan mukoadhesif dalam system penghantaran obat adalah:
a.       Memperlama waktu tinggal (kontak). Kemungkinan ini telah diteliti secara intensif untuk system penghantaran/pelepasan obat terkendali yang diberikan secara oral dan rute pemberian okuler.
b.       Kontak intensif dengan membrane pengabsorpsi. Tablet mukoadhesif atau laminat menunjukkan sifat pelepasan obat yang menguntungkan jika digunakan melalui rute bukal.Sediaan dalam bentuk partikel mikro (micro particles) sudah berhasil digunakan pada aplikasi obat melalui nasal. Selain itu, terbuka juga peluang untuk memberikan obat secara rectal dan vaginal.
c.       Lokalisasi system penghantaran obat. Dalam beberapa kasus, obat secara preferensial diabsorpsi pada daerah tertentu (spesifik) dari saluran cerna yang juga dinamakan jendela absorpsi (absorption window).
3.4     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mukoadhesif
Faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesi:
a.       Faktor-faktor yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan
b.       Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal waktu kontak
c.       Faktor fisiologis: kondisi musin; kondisi penyakit
3.5     Sediaan Mucoadhesive
Thiomer adalah basis polimer mukoadhesif, yang menunjukkan hubungan rantai samping thiol. Berdasarkan reaksi pertukaran thiol/disulfida dan/atau proses oksidasi sederhana, ikatan disulfida terbentuk antara beberapa polimer dan subdomain kaya-cistein dari mukus glikoprotein. Oleh karena itu, thiomer menyerupai mekanisme alami pelepasan mukus glikoprotein, yang juga terikat secara kovalen dalam lapisan mukus dengan pembentukan ikatan disulfida.
 Bentuk sediaan berdasarkan thiomer:
1.      Mikropartikel dan nanopartikel. Mikropartikel dan nanopartikel memiliki ukuran partikel yang kecil, mereka menunjukkan waktu tinggal di gastrointestinal lebih lama meskipun tanpa beberapa sifat mukoadhesif dengan berdifusi ke dalam lapisan gel mukus.
2.      Tablet Matrix. Tablet matrix mukoadhesif berguna untuk intraoral, peroral, okular, dan vaginal-penghantaran lokal atau sistemik. Terkait dengan sifat cross-linking in situ thiomer, sifat kohesif dan juga stabilitas matrix pembawa yang mengembang dapat dijamin.
3.      Gel. Gel mukoadhesif berguna dalam kasus intraoral, vaginal, nasal, dan penghantaran okular. Lebih jauh, bagaimanapun, formulasi gel mukoadhesif tidak dapat tercapai maksimal, karena sifat adhesif sebagai sistem penghantaran yang sering tidak terpenuhi. Kentungan besar menggunakan thiomer dalam formulasi gel terlihat tidak hanya dalam mukoadhesif mereka tetapi juga dalam sifat gelling-in situ mereka.
4.      Formulasi Likuid. Thiomer menunjukkan stabil ketika disimpan dalam bentuk kering. Dalam larutan berair; bagaimanapun, mereka menunjukkan membentuk ikatan disulfida dalam suatu penanda tergantung-pH. Karena instabilitas dalam larutan berair, thiomer belum banyak digunakan dalam formulasi likuid.
3.6     Metode Kerja Mucoadhesive Sublingual
Ketika tablet ini ditempatkan di bawah lidah, dengan cepat terurai dan larut dimana obat ini diserap langsung melalui selaput lendir ke dalam aliran darah. Ini memberikan efek yang jauh lebih cepat dan penyerapan lebih dapat diandalkan daripada tablet yang tertelan. Tablet ini terdiri dari partikel pembawa yang membawa zat aktif, serta zat-zat yang menempel tablet atau partikel pada membran mukosa. Keuntungan dari jenis pengiriman obat termasuk:
·         Cepat bertindak efek
·         Dosis dapat diandalkan
·         Direproduksi efek
Penyerapan cepat dan direproduksi dari zat aktif membuat teknologi pemberian obat yang ideal untuk pengobatan gejala yang memerlukan efek cepat, seperti nyeri akut.
Penyerapan obat ke dalam mukosa oral terutama melalui difusi pasif ke dalam membran lipoidal. Senyawa dengan koefisien partisi dalam kisaran 4-20 dan 2-10 pKa dianggap optimal untuk dapat diserap melalui mukosa bukal.
Obat dapat diserap dari rongga mulut melalui mukosa oral baik oleh sublingual tau bukal rute. Penyerapan agen terapeutik dari rute ini mengatasi degradasi dini obat dalam saluran pencernaan serta kehilangan obat aktif karena pertama-pass metabolisme hati yang mungkin terkait dengan rute oral administrasi. Secara umum, penyerapan cepat dari rute ini diamati karena selaput lendir tipis dan pasokan darah kaya.
Setelah penyerapan, obat diangkut melalui vena atau vena yang dalam bahasa wajah yang kemudian mengalir ke sirkulasi umum melalui vena jugularis, melewati hati dan dengan demikian hemat obat dari pertama-pass metabolisme. Sejak pemberian sublingual obat mengganggu dengan makan, minum dan berbicara, rute ini umumnya dianggap tidak cocok untuk administrasi berkepanjangan.






















BAB IV (Revisi)
KESIMPULAN
4.1              Kesimpulan
·         Mucoadhesive adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.
·         Sistem penghantaran obat mucoadhesive memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.   
·         Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mukoadhesif
Faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesi:
a.       Faktor-faktor yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan
b.       Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal waktu kontak
c.       Faktor fisiologis: kondisi musin; kondisi penyakit
·         Metode Kerja Mucoadhesive Sublingual
Ketika tablet ini ditempatkan di bawah lidah, dengan cepat terurai dan larut dimana obat ini diserap langsung melalui selaput lendir ke dalam aliran darah. Ini memberikan efek yang jauh lebih cepat dan penyerapan lebih dapat diandalkan daripada tablet yang tertelan. Tablet ini terdiri dari partikel pembawa yang membawa zat aktif, serta zat-zat yang menempel tablet atau partikel pada membran mukosa.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. KORPRI Sub Unit Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta
2.      G.S. Asane, Kiran B.Aher, Deyendra K. Jain, Sanjay G. Bidkar, 2007,   Mucoadhesive Gastro Intestinal Drug Delivery System: An Overview, Pharmaceutical Review, 01/01/2007