Muchoadhesive Sublingual
Disusun oleh:
ALEX
BONAJAYA
|
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3.
Latar Belakang
Kemajuan ilmu teknologi dalam bidang
farmasi sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu sediaan obat. Rancangan dari
suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan pertimbangan karakteristik fisika,
kimia dan biologis dari semua bahan-bahan aktif dan bahan-bahan farmasetik yang
digunakan harus tercampurkan satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan suatu
produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan murah (Ansel, 1989).
Salah satu
sistem yang dikembangkan untuk tujuan pemberian obat dengan memperpanjang waktu
tinggal sediaan di lokasi aplikasi dan memperpanjang waktu absorbsi adalah
sediaan mukoadhesif. Sediaan mukoadhesif juga memfasilitasi kontak yang rapat
antara sediaan dengan permukaan absorbsi sehingga dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan kinerja terapi obat. Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem
penghantaran obat mukoadhesif telah dikembangkan untuk penggunaan oral, buccal,
sublingual, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan lokal.
Sediaan
mukoadhesif sublingual diharapkan dapat memberikan efek segera dan berlangsung
lama.
Pada
awal tahun 1980-an, konsep adhesif mucosal atau mukoadhesif mulai dikenalkan
dalam system penghantaran obat terkendali. Mukoadhesif adalah
polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi
permukaan epithel permukaan dan molekul musin yang
merupakan konstituen utama dari mucus.
Adhesi
dapat didefinisikan sebagai ikatan yang dihasilkan oleh kontak antara adhesif
sensitif-tekanan dan permukaan. The
American Society of testing and materials mendefinisikan Adhesi
sebagai keadaan di mana dua permukaan yang diadakan bersama oleh gaya
antarmuka, yang dapat terdiri dari gaya-gaya valensi, aksi atau keduanya saling
terkait.
Dalam sistem biologis, bioadhesi dapat dibedakan menjadi
empat jenis :
- Adhesi sel yang normal pada sel normal yang lain
- Adhesi sel dengan zat asing.
- Adhesi sel yang normal terhadap sel patologis.
- Adhesi suatu adhesif/perekat terhadap zat biologis.
Untuk tujuan penghantaran obat,
istilah bioadhesi menyiratkan pelengkap sistem pembawa obat menuju lokasi
biologis yang spesifik. Permukaan biologis dapat menjadi jaringan epitel.
Fenomena ini disebut sebagai mukoadhesi jika tambahan perekatnya adalah sebuah
lapisan mukus,. Bioadhesi dapat dimodelkan setelah tambahan bakteri menuju
permukaan jaringan, dan mukoadhesi dapat dimodelkan setelah pelekatan mukus
pada jaringan epitel.
1.2
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
·
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Dr.
Teti Indrawati, MS.Apt selaku dosen pengajar Biofarmasi
2.
Tujuan
Khusus
·
Mengerti apa itu sediaan tablet mucoadhesif sublingual.
·
Mengetahui
macam-macam sediaan mukoadhesif sublingual.
·
Mengetahui perjalanan obat dengan sistem mukoadhesif sublingual tersebut dalam tubuh.
1.4. Permasalahan
-
Bagaimana biofarmasi obat dalam bentuk sediaan mukoadhesif
sublingual.
BAB 11
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Mekanisme
mukoadhesif
Bioadhesi merupakan fenomena yang tergantung pada
sifat bioadhesive. Tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif
dan membran, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus,
maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak,
penetrasi bioadheshif ke dalam celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai
dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi
dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul
terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya
Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi
hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan
tolakan steric.
Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.
Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.
2.2
Penggunaan Obat Mukosa Bukal
Penggunaan obat melalui membran mukosa di dalam
mulut, dapat dibagi menjadi area non keratin, meliputi di bawah lidah
(sublingual) dan antara pipi dan gusi (mukosa bukal). Sedangkan area keratin
meliputi di sekitar gusi (gingiva), disekitar langit-langit mulut bagian
atas (palatal mukosa) dan di dekat bibir. Membran mukosa mempunyai luas area
100 cm2 dan mempunyai karakteristik yang berbeda–beda, meliputi ketebalan dan
aliran darah tergantung dari lokasi serta aktivitas yang dilakukan (Crick,
2005).
Penghantaran peptida melalui rute membran
mukosa, ternyata dapat mengurangi terdegradasinya enzim jika dibandingkan
dengan penggunaan obat secara nasal, vaginal dan rektal. Rute membran mukosa
menjadi kurang baik jika berinteraksi dengan protease, seperti pepsin, tripsin
dan chymotripsin. Hal ini disebabkan ketiga senyawa tersebut merupakan
produk yang dihasilkan oleh lambung dan usus halus, selain itu keberadaan
ketiga senyawa tersebut memang dimaksudkan untuk menghidrolisis peptida (Crick,
2005).
Patch
Bukal
Patch bukal adalah bentuk sediaan obat yang
berdasar pada mukoadhesif sistem. Menurut Mathiowitz et al. (1999)
ukuran ketipisan patch bukal antara 0,5-1,0 mm, apabila lebih kecil akan
menyulitkan dalam pemakaiannya. Pelepasan zat aktif pada suatu patch dikenal
dengan metode tidak langsung. Menurut Lenaerts et al.(1990), patch
terdiri dari 3 lapisan yaitu:
a. Permukaan
dasar mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif polikarbopil,
b. Permukaan
membran yang merupakan tempat terlepasnya obat,
c. Permukaan
impermeable, yang langsung bersentuhan dengan mukosa.
Desain
bentuk patch dengan metode tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Desain Patch
Bukal unidirectional (Lenaerts et al.,1990)
Guna mendukung sistem tersebut, dibutuhkan
eksipien yang berfungsisebagai polimer mukoadhesif. Menurut Grabovac et al.
(2005) polimer mukoadhesif adalah makromolekul natural atau sintetis yang mampu
bekerja pada permukaan mukosa. Polimer mukoadhesif sudah dikenalkan pada
teknologi farmasi sejak 40 tahun yang lalu, namun baru beberapa tahun terakhir
metode ini dapat diterima.
Polimer mukoadhesif dianggap dapat sebagai
terobosan baru sebagai sediaan lepas lambat dan meningkatkan sistem
penghantaran obat secara lokal.
BAB 111
PEMBAHASAN
3.2
Mukoadhesif
Sublingual
Mucoadhesive di
kenal pada tahun 1980 sebagai sistem penghantaran obat terkendali. Mucoadhesive
adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang
menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul musin yang merupakan
konstituen utama dari mucus. Sistem penghantaran obat mucoadhesive
memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu
absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan
absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi
obat.
Dalam beberapa
tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mucoadhesive telah dikembangkan
untuk penggunaan oral, sublingual, buccal, nasal, rektal, dan rute vagina untuk
efek sistemik dan lokal.
Penggunaan obat melalui membran mukosa di dalam
mulut, dapat dibagi menjadi area non keratin, meliputi di bawah lidah
(sublingual) dan antara pipi dan gusi (mukosa bukal). Sedangkan area keratin
meliputi di sekitar gusi (gingiva), disekitar langit-langit mulut bagian
atas (palatal mukosa) dan di dekat bibir. Membran mukosa mempunyai luas area
100 cm2 dan mempunyai karakteristik yang berbeda–beda, meliputi ketebalan dan
aliran darah tergantung dari lokasi serta aktivitas yang dilakukan (Crick,
2005).
Penghantaran peptida melalui rute membran
mukosa, ternyata dapat mengurangi
terdegradasinya enzim jika dibandingkan dengan penggunaan obat secara nasal,
vaginal dan rektal. Rute membran mukosa menjadi kurang baik jika berinteraksi
dengan protease, seperti pepsin, tripsin dan chymotripsin. Hal ini
disebabkan ketiga senyawa tersebut merupakan produk yang dihasilkan oleh
lambung dan usus halus, selain itu keberadaan ketiga senyawa tersebut memang
dimaksudkan untuk menghidrolisis peptida (Crick, 2005).
3.2 Kelenjar Sublingual
Gambar 2.1 Anatomi Lidah
Kelenjar
sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.
Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar
mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar
sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang
berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.
3.3 Metode
Mucoadhesive
Mekanisme
mucoadhesive pada tahap pertama
melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan
bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus,
maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric. Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.
maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric. Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.
Tiga kategori utama aplikasi
sediaan mukoadhesif dalam system penghantaran obat adalah:
a.
Memperlama waktu tinggal (kontak). Kemungkinan
ini telah diteliti secara intensif untuk system penghantaran/pelepasan obat
terkendali yang diberikan secara oral dan rute pemberian okuler.
b.
Kontak intensif dengan membrane pengabsorpsi.
Tablet mukoadhesif atau laminat menunjukkan sifat pelepasan obat yang
menguntungkan jika digunakan melalui rute bukal.Sediaan dalam bentuk partikel
mikro (micro particles) sudah berhasil digunakan pada aplikasi obat
melalui nasal. Selain itu, terbuka juga peluang untuk memberikan obat secara
rectal dan vaginal.
c.
Lokalisasi system penghantaran obat. Dalam
beberapa kasus, obat secara preferensial diabsorpsi pada daerah tertentu
(spesifik) dari saluran cerna yang juga dinamakan jendela absorpsi (absorption
window).
3.4
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Mukoadhesif
Faktor-faktor
yang mempengaruhi mukoadhesi:
a.
Faktor-faktor yang terkait polymer: berat
molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi
spacial; pengembangan
b.
Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH
polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal waktu kontak
c.
Faktor fisiologis: kondisi musin; kondisi
penyakit
3.5 Sediaan Mucoadhesive
Thiomer adalah basis polimer
mukoadhesif, yang
menunjukkan hubungan rantai samping thiol. Berdasarkan
reaksi pertukaran thiol/disulfida dan/atau proses oksidasi sederhana, ikatan
disulfida terbentuk antara beberapa polimer dan subdomain kaya-cistein dari
mukus glikoprotein. Oleh karena itu, thiomer menyerupai mekanisme alami
pelepasan mukus glikoprotein, yang juga terikat secara kovalen dalam lapisan
mukus dengan pembentukan ikatan disulfida.
Bentuk sediaan berdasarkan thiomer:
1. Mikropartikel dan nanopartikel.
Mikropartikel dan nanopartikel memiliki ukuran partikel yang kecil, mereka
menunjukkan waktu tinggal di gastrointestinal lebih lama meskipun tanpa
beberapa sifat mukoadhesif dengan berdifusi ke dalam lapisan gel mukus.
2. Tablet Matrix. Tablet matrix
mukoadhesif berguna untuk intraoral, peroral, okular, dan vaginal-penghantaran
lokal atau sistemik. Terkait dengan sifat cross-linking in situ thiomer,
sifat kohesif dan juga stabilitas matrix pembawa yang mengembang dapat dijamin.
3. Gel. Gel mukoadhesif berguna dalam
kasus intraoral, vaginal, nasal, dan penghantaran okular. Lebih jauh,
bagaimanapun, formulasi gel mukoadhesif tidak dapat tercapai maksimal, karena
sifat adhesif sebagai sistem penghantaran yang sering tidak terpenuhi.
Kentungan besar menggunakan thiomer dalam formulasi gel terlihat tidak hanya
dalam mukoadhesif mereka tetapi juga dalam sifat gelling-in situ mereka.
4. Formulasi Likuid. Thiomer
menunjukkan stabil ketika disimpan dalam bentuk kering. Dalam larutan berair;
bagaimanapun, mereka menunjukkan membentuk ikatan disulfida dalam suatu penanda
tergantung-pH. Karena instabilitas dalam larutan berair, thiomer belum banyak
digunakan dalam formulasi likuid.
3.6 Metode
Kerja Mucoadhesive Sublingual
Ketika tablet ini ditempatkan di
bawah lidah, dengan cepat terurai dan larut dimana obat ini diserap langsung
melalui selaput lendir ke dalam aliran darah. Ini memberikan efek yang jauh
lebih cepat dan penyerapan lebih dapat diandalkan daripada tablet yang
tertelan. Tablet ini terdiri dari partikel pembawa yang membawa zat aktif, serta
zat-zat yang menempel tablet atau partikel pada membran mukosa. Keuntungan dari
jenis pengiriman obat termasuk:
·
Cepat
bertindak efek
·
Dosis
dapat diandalkan
·
Direproduksi
efek
Penyerapan cepat dan direproduksi
dari zat aktif membuat teknologi pemberian obat yang ideal untuk pengobatan
gejala yang memerlukan efek cepat, seperti nyeri akut.
Penyerapan obat
ke dalam mukosa oral terutama melalui difusi pasif ke dalam membran lipoidal.
Senyawa dengan koefisien partisi dalam kisaran 4-20 dan 2-10 pKa dianggap
optimal untuk dapat diserap melalui mukosa bukal.
Obat dapat
diserap dari rongga mulut melalui mukosa oral baik oleh sublingual tau bukal
rute. Penyerapan agen terapeutik dari rute ini mengatasi degradasi dini obat
dalam saluran pencernaan serta kehilangan obat aktif karena pertama-pass
metabolisme hati yang mungkin terkait dengan rute oral administrasi. Secara
umum, penyerapan cepat dari rute ini diamati karena selaput lendir tipis dan
pasokan darah kaya.
Setelah
penyerapan, obat diangkut melalui vena atau vena yang dalam bahasa wajah yang
kemudian mengalir ke sirkulasi umum melalui vena jugularis, melewati hati dan
dengan demikian hemat obat dari pertama-pass metabolisme. Sejak pemberian
sublingual obat mengganggu dengan makan, minum dan berbicara, rute ini umumnya
dianggap tidak cocok untuk administrasi berkepanjangan.
BAB IV (Revisi)
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
·
Mucoadhesive
adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang
menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul musin yang merupakan
konstituen utama dari mucus.
·
Sistem
penghantaran obat mucoadhesive memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi
aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat
antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan kinerja terapi obat.
·
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mukoadhesif
Faktor-faktor
yang mempengaruhi mukoadhesi:
a. Faktor-faktor
yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas
rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan
b. Faktor-faktor
yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal
waktu kontak
c. Faktor
fisiologis: kondisi musin; kondisi penyakit
·
Metode
Kerja Mucoadhesive Sublingual
Ketika tablet ini ditempatkan di bawah lidah,
dengan cepat terurai dan larut dimana obat ini diserap langsung melalui selaput
lendir ke dalam aliran darah. Ini memberikan efek yang jauh lebih cepat dan
penyerapan lebih dapat diandalkan daripada tablet yang tertelan. Tablet ini
terdiri dari partikel pembawa yang membawa zat aktif, serta zat-zat yang
menempel tablet atau partikel pada membran mukosa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat.
KORPRI Sub Unit Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta
2.
G.S. Asane, Kiran B.Aher, Deyendra K. Jain, Sanjay G.
Bidkar, 2007, Mucoadhesive Gastro
Intestinal Drug Delivery System: An Overview, Pharmaceutical Review,
01/01/2007