TUGAS
INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT DI LUAR TUBUH
Oleh
:
Alex
Bonajaya ( 09334032 )
Dosen
Pembimbing:
Dra. Refdanita, M.Si., Apt
FAKULTAS
MIPA JURUSAN FARMASI
INSTITUT
SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
ISTN 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.................................................................................................... 3
I.2
Perumusan Masalah........................................................................................... 3
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian………………………………………………………………………..........................................4
II.2 Macam-macam
interaksi obat.......................................................................... 6
II.3 Sasaran Interaksi Obat...................................................................................... 7
II.4 Interaksi Obat
di Luar Tubuh..........................................................................
8
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan.................................................................................................... 21
III.2
Saran................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
respon tubuh terhadap pengobatan terdapat interaksi obat. Obat dapat
berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau dengan
obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) memudahkan terjadinya
interaksi obat.
Interaksi obat dianggap penting secara
klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat
yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya yaitu inkompatibilitas
ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak
tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang
hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, terjadi
kelembapan bahan obat dan lain – lain, atau mungkin juga tidak terlihat.
Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Bagi seorang dokter, interaksi farmasetik
yang penting adalah interaksi interaksi antar obat suntik, dan interaksi antar
obat suntik dengan cairan infus. Banyak obat suntik tidak kompatibel dengan
berbagai obat suntik lain, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan bahan
pembawanya, oleh karena itu dianjurkan tidak mencampurkan obat suntik dalam
satu semprit dengan cairan infus, kecuali jika bila jelas diketahui tidak ada
interaksi. Contoh : amfoterisin B mengendap dalam larutan garam fisiologis atau
larutan Ringer.
I. 2 Perumusan masalah
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki
efek yang tak dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan
mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, pada
makalah ini dibahas interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1
Pengertian
Interaksi obat adalah kejadian di mana
suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau
mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki
sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat
dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan
makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan
kandungan infus
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak
dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi
prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian
probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses,
antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi,
Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi
obat merupakan hasil dari sifat-sfat farmakodinamik obat tersebut, misal,
pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang
sama.
Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa
obat sekaligus (polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan,
atau dengan obat lain. Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu:
obat presipitan dan obat objek.
Obat
Presipitan
Obat Presipitan adalah obat yang mempengaruhi atau
mengubah aksi efek obat lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai
berikut:
Ø Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat
sehingga akan menggusur obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian
obat-obat yang tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat sehingga
menimbulkan efek toksik.
Ø Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (Inducer)
enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.
Ø Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah
fungsi ginjal sehinga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.
Obat Objek
Obat objek
adalah obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain. Cirinya
adalah :
Ø Mempunyai
kurva dose response yang curam
Ø Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah
Insiden
interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena
dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan karena
kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya
interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering
kali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan
interaksi berupa penurunan efektifitas sering kali diduga akibat bertambahnya
keparahan penyakit. Selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi
sehingga sulit untuk diingat dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi
oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut
usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar
individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang
parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama
pemberian kronik)
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi
obat
a.
Faktor penderita
Ø Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia)
Ø Sifat
keturunan
Ø Penyakit
yang sedang diderita
Ø Fungsi hati dan ginjal
b. Faktor obat
Ø Jumlah obat yang
digunakan
Ø Jangka waktu
pengobatan
Ø Jarak waktu penggunaan
dua obat
Ø Urutan pemberian ohat
Ø Bentuk sediaan obat
II. 2 Macam-Macam Interaksi Obat
1.Interaksi farmasetis
Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat
obat diformulasikan /disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.Misalnya
interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Contoh lain : dua obat
yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia atau terjadi
pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu senyawa
dll.
Bentuk
interaksi:
a.Interaksi secara fisik
Misalnya :
-Terjadi perubahan kelarutan
-Terjadinya turun titik beku
b.Interaksi secara kimia
Misalnya :
Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
a.Interaksi secara fisik
Misalnya :
-Terjadi perubahan kelarutan
-Terjadinya turun titik beku
b.Interaksi secara kimia
Misalnya :
Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
2.
Interaksi Farmakokinetika
Pada
interaksi ini obat mengalami perubahan pada :
-Absorbsi
-Absorbsi
Mekanisme
yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi banyak
factor antara lain, berubahnya: kecepatan aliran darah GI, motilitas GI, pH GI,
kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek
yang tidak larut.
-Distribusi
Transport
aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine, Guenethidine,
debricoquine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan tempat terjadinya efek
terapeutik, di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan mungkin juga oleh
beberapa phenothiazine) sehingga terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan
darah.
-metildopa.aMekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan trisiklik dengan clonidine.
-metildopa.aMekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan trisiklik dengan clonidine.
-Metabolisme
Banyak
interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu sistem
yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang mengandung
cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna antara
sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome P450 3A4
sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim primer yang berperan untuk memetabolisme
metadon, sipro bisa meninggikan kadar metadon secara bermakna. Sistem ini dapat
dipengaruhi oleh induksi maupun inhibisi enzim, sebagaimana dibahas dalam
contoh berikut
Induksi
enzim - obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat yang
memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan berkurang,
sementara efektivitas obat A tidak berubah.
Inhibisi
enzim - obat A menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B, sehingga
peninggian obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis.
Ketersediaan hayati – obat A mempengaruhi penyerapan obat B.
Ketersediaan hayati – obat A mempengaruhi penyerapan obat B.
-Ekskresi
Yang disebabkan karena obat/senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dari perubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetika, seperti konsentrasi serum maksimum, luas area dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dsb.
Yang disebabkan karena obat/senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dari perubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetika, seperti konsentrasi serum maksimum, luas area dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dsb.
3. Interaksi
Farmakodinamika
Adalah obat yang menyebabkan perubahan pada respon
pasien disebabkan karena berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena
obat lain yang terlihat sebagai perubahan aksi obat tanpa menglami perubahan
konsentrasi plasma.
Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid.
Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid.
II. 3
Sasaran Interaksi Obat
Ada 4
sasaran interaksi :
1.Interaksi Obat-obat
1.Interaksi Obat-obat
Tipe interaksi obat dengan obat merupakan
interaksi yang paling penting dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya
(Walker dan Edward, 1999).
Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti terhadap terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat membahayakan pasien
Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti terhadap terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat membahayakan pasien
2.Interaksi Obat – makanan
Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat
mengubah parameter farmakokinetik dari obat terutama pada proses absorpsi dan
eliminasi, ataupun efikasi dari obat.
Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging, anggur merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu pelepasan norepinefrin sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan Arronson, 1992), makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).
Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging, anggur merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu pelepasan norepinefrin sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan Arronson, 1992), makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).
3.Interaksi Obat – penyakit
Acuan medis seringkali mengacu pada
interaksi obat dan penyakit sebagai kontraindikasi relatif terhadap pengobatan.
Kontraindikasi mutlak merupakan resiko, pengobatan penyakit tertentu kurang
secara jelas mempertimbangkan manfaat terhadap pasiennya (Shimp dan Mason,
1993). Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang dikontraindikasikan pada
penyakit tertentu yang diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan fungsi hati
dan ginjal, pada wanita hamil ataupun ibu yang sedang menyusui
Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang berupa phocomelia Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung.
Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang berupa phocomelia Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung.
4.Interaksi Obat – Hasil lab
Interaksi obat dengan tes laboratorium
dapat mengubah akurasi diagnostik tes sehingga dapat terjadi positif palsu atau
negatif palsu. Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi. Misalnya pada
pemakaian laksativ golongan antraquinon dapat menyebabkan tes urin pada
uribilinogen tidak akurat (Stockley, 1999), atau dengan perubahan zat yang dapat
diukur contohnya perubahan tes tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen
(Shimp dan Mason, 1993)
II. 4
Interaksi Obat di Luar Tubuh
Interaksi obat selain terjadi
di dalam tubuh atau terjadi setelah obat diberikan kepada pasien, namun dapat
terjadi sebelum diberikan kepada pasien atau dengan kata lain interaksi obat
terjadi di luar tubuh. Interaksi obar diluar tubuh manusia disebut juga
interaksi inkompabilitas, karena interaksi ini terjadi sebelum obat diberikan
antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian
menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisika atau kimia, yang
hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan
lain-lain. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Hal yang paling penting untuk diketahui
oleh dokter maupun apoteker sebagai tenaga kesehatan adalah interaksi obat diluar tubuh yaitu interaksi
antara obat suntik dengan cairan infus, dimana banyak sekali obat-obat suntik
yang inkompatibilitas dengan cairan infus.Selain itu interaksi obat dapat
terjadi pada saat formulasi atau disiapkan sebelum digunakan oleh pasien.
Contoh interaksi obat di luar tubuh
Obat A
|
Obat B
|
Efek
|
a.Interaksi Langsung
- Tetrasiklin
- Digoksin, digitoksin
b. Perubahan pH cairan saluran cerna
- NaHCO3
|
Kation
multivalen (Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antasida,
Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi
Kolestiramin, kortikosteroid, tiroksin
Tetrasiklin
Aspirin
|
Terbentuk
kelat yang tidak dapat diabsorbsi sehingga absobsi obat A menurun
Obat A di ikat obat B sehingga absobsi obat A
menurun
Kelarutan obat B menurun sehingga absobsi obat B
menurun
Kelarutan
(kecepatan disolusi meningkat) sehingga absobsi obat B meningkat
|
Contoh-contoh obat yang
berinteraksi diluar tubuh manusia
No
|
Obat A
|
Obat B
|
Interaksi yang terjadi
|
|||||
1.
|
Oksitetrasiklin-
HCl
|
Diphenhidramin
|
Terbentuknya endapan
|
|||||
2.
|
Aspirin
|
Na-bikarbonat
|
Aspirin terhidrolisis
|
|||||
3.
|
Oksitertrasiklin- HCl
|
MgS04
|
Terbentuk ikatan komplek tak larut
Oksitetrasiklin-Ca
|
|||||
4.
|
Oksitertrasiklin- HCl
|
Ca-glukonat
|
Terbentuk ikatan komplek tak larut
Oksitetrasiklin-Ca
|
|||||
5.
|
Phenitoin-Na
|
infus
|
Terbentuk endapan
|
|||||
6.
|
Inj. Aminophilin
|
Inj. Diphenhidramin
|
Terbentuk erldapan
|
|||||
7.
|
Inj.
Oksitetrasiklin
|
Inj. Diphenhidramin
|
Terbentuk endapan
|
|||||
8.
|
Inj. Thiopenton
|
Inj. Suxamethonium
|
Terbentuk endapan
|
|||||
9.
|
Diazepam
|
Cairan infus
|
Terbentuk endapan
|
|||||
10
|
Phenitoin
|
Cairan infus
|
Terbentuk endapan
|
|||||
11
|
Soluble insulin
|
Protamin Zinc Insulin
|
Efek soluble insulin berkurang
|
|||||
12
|
Heparin
|
Hidrokortison
|
Heparin tidak aktif
|
|||||
13
|
Kanamicin
|
HidrokOltison
|
Kanamicin tidak aktif
|
|||||
14
|
Penicilin
|
Hidrokortison
|
Penicilin tidak aktif
|
|||||
15
|
Karbenicillin
|
Gentamicin
|
Gentamicin
tidak aktif Karbenicilin rusak
|
|||||
16
|
Penicilin G
|
Vitamin C
|
Penicilin tidak aktif
|
|||||
17
|
Amfoterisin B
|
Larutan
garam fisiologis atau larutan ringer
|
Amfoterisin B mengendap
|
|||||
18
|
Ceftazidime
|
Aminoglikosida
|
Inaktivasi pada ceftazidime
|
|||||
19
|
Ceftazidime
|
Vankomisin
|
Terbentuk
endapan pada larutan ceftazidime
|
|||||
20
|
Ceftazidime
|
Larutan injeksi Na-bikarbonat
|
Ceftazidime kuning stabil
|
|||||
Inkompatibilitas obat IV
Untuk
mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa berinteraksi
di dalam atau di luar tubuh. Jika harus mencampur suatu obat, selalu ikuti
petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang
bisa ditambahkan ke pemberian "piggy back"; dan larutan “bilas” apa
yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk
menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus
(sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus juga yang
mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal saline).
Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal. kalium
klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin
mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini
kompatibel di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat,
kontak apoteker.
Waspada
dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak dengan
obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin,
midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV. Ada
obat injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas
adalah natrium bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat.
Contoh
Sediaan Injeksi yang Inkompatibilitas dengan Cairan Infus
KOMPOSISI :
Sulbacef Serbuk steril untuk injeksi, tiap vial
mengandung :
Sefoperazon Natrium 500 mg dan
Sulbaktam Natrium 500 mg(setara dengan Sefoperazon
dan Sulbaktam 1 g)
INDIKASI :
Sulbacef diindikasikan untuk :
- Monoterapi
Untuk pengobatan infeksi berikut ini yang disebabkan oleh organisme yang sensitif : Infeksi saluran pernafasan (atas dan bawah); infeksi saluran kemih (atas dan bawah); peritonitis, kolesistitis, kolangitis dan infeksi intra-abdomen yang lain; infeksi kulit dan jaringan penyangga kulit.
- Terapi kombinasi
Dapat dikombinasikan dengan antibiotik lain apabila memang ada indikasi.
Sulbacef diindikasikan untuk :
- Monoterapi
Untuk pengobatan infeksi berikut ini yang disebabkan oleh organisme yang sensitif : Infeksi saluran pernafasan (atas dan bawah); infeksi saluran kemih (atas dan bawah); peritonitis, kolesistitis, kolangitis dan infeksi intra-abdomen yang lain; infeksi kulit dan jaringan penyangga kulit.
- Terapi kombinasi
Dapat dikombinasikan dengan antibiotik lain apabila memang ada indikasi.
DOSIS :
Dosis Sulbacef :
- Dewasa : Dosis sehari yang dianjurkan 2-4 g. Dosis harus diberikan setiap 12 jam dalam dosis terbagi. Pada infeksi yang berat atau sukar disembuhkan, dosis sehari dapat ditingkatkan sampai 8 g.
Dosis Sulbacef :
- Dewasa : Dosis sehari yang dianjurkan 2-4 g. Dosis harus diberikan setiap 12 jam dalam dosis terbagi. Pada infeksi yang berat atau sukar disembuhkan, dosis sehari dapat ditingkatkan sampai 8 g.
- Anak-anak
: Dosis sehari yang dianjurkan 40 - 80 mg/kg/hari. Dosis harus diberikan setiap
6-12 jam dalam dosis terbagi. Pada infeksi serius atau sukar disembuhkan, dosis
dapat ditingkatkan sampai 160 mg/kg/hari.
- Usia
lanjut : Modifikasi dosis mungkin diperlukan dan dosis disesuaikan sesuai
kebutuhan.
- Pada gangguan fungsi hati : Dosis
Sefoperazon tidak boleh lebih dari 2 g/hari.
- Pada gangguan fungsi ginjal :
Klirens kreatinin 15-30 ml/menit : Dosis maksimal
Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah 1 g (Dosis maksimal Sulbaktam sehari
adalah 2 g).
Klirens kreatinin <15 ml/menit : Dosis maksimal
Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah 500 mg (Dosis maksimum Sulbaktam sehari
adalah 1 g).
Pada infeksi yang berat, mungkin diperlukan
tambahan Sefoperazon. Gambaran farmakokinetik Sulbaktam secara bermakna
dipengaruhi oleh hemodialisis. Waktu paruh serum Sefoperazon juga berkurang
secara bermakna selama hemodialisis. Oleh karena itu, dosis harus diberikan
terjadwal mengikuti periode dialisa.
Pemberian Sulbacef :
- Pemberian IV
Infus berkala :
1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml
Dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau Aqua pro Injeksi, kemudian
dilarutkan dalam 20 ml cairan infus, diberikan dalam 15 sampai 60 menit.
Injeksi IV :
1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml
dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau Aqua pro Injeksi dan diberikan
minimum dalam 3 menit.
- Pemberian IM
Volume pelarut adalah 3,4 ml untuk 1 g
Sulbacef.
Kompatibilitas :
Sulbacef dapat digunakan dengan Air Steril untuk
Injeksi, Dekstrosa 5%, Normal Saline, Dekstrosa 5% dalam 0,225% Saline,
dan Dekstrosa 5% dalam Normal Saline.
Inkompatibilitas: :
Sulbacef tidak dapat dicampur secara langsung dengan Aminoglikosida, Larutan Ringer Laktat atau 2% larutan Lidokain HCl.
Sulbacef tidak dapat dicampur secara langsung dengan Aminoglikosida, Larutan Ringer Laktat atau 2% larutan Lidokain HCl.
Larutan Sulbacef dan Aminoglikosida tidak dapat dicampur
secara langsung, karena ada inkompatibilitas fisik diantara keduanya. Bila
kombinasi kedua obat ini diperlukan, maka obat-obat ini dapat diberikan melalui
infus intravena berkala secara berurutan dan terpisah dimana saluran infus
harus dibilas dengan pelarut terlebih dahulu pada saat pergantian obat.
Rekonstitusi awal dengan larutan Ringer’s
Laktat atau larutan Lidokain 2% harus dihindari karena campuran ini
inkompatibel. Sehingga harus dilakukan dua langkah pelarutan, yaitu pada
awalnya dicampur dengan air untuk injeksi dimana akan menghasilkan larutan yang
kompatibel, kemudian dilarutkan dengan larutan Ringer’s Laktat atau larutan
Lidokain 2%.
Kekurangan-kekurangan
PVC (polivinilklorida)
Di samping kompatibilitas obat-obat IV,
klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah bisa timbul bila menggunakan
PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl Klorida (PVC)
merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan
yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong
penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set,
serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-ethylhexyl) phthalate
(DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang kedokteran. Karena zat
aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada kemungkinan memisah dari
matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam larutan sudah bertahun-tahun
menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan PVC telah mencetuskan pertanyaan
serius mengapa produk ini masih digunakan. Pemisahan DEHP dari PVC disebut
leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat seperti paclitaxel atau tamoxifen
diberikan dalam kantong PVC. Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC
adalah penyerapan atau “hilang”nya obat dari kantong PVC:
1. Kowaluk
dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus Viaflex
(PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding lurus
dengan konsentrasi obat.
2. Migrasi obat ke dalam kantong
plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di bawah kadar terapi dari
insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.
Reaksi
Maillard
Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara
asam amino dengan gula pereduksi. Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti
halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk diskolorasi coklat yang bersifat
non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula bereaksi dengan gugus
amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai molekul yang
menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam amino dan glukosa dikandung dalam satu
wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena perlu diberikan sekaligus,
dilakukan pemisahan di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam amino dan
glukosa dicampur dulu sebelum diberikan ke pasien.
Interaksi
obat -Mikronutrien
Kadar serum dari elektrolit, mikromineral
dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat tertentu dan dokter harus mewaspadai
hal ini bila ada kelainan.
Lampiran 1 Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien
Lampiran 1 Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien
↓ Kalsium
|
aminoglycosides,
bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop diuretics ;
amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin,
colchicines, digoxin, doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate,
minocycline, oxcarbazepine, oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital,
phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide
|
↑ Kalsium
|
antiestrogens, estrogens,
thiazide diuretics ; aluminium intoxication, aminoiphylline, Ca carbonate,
lithium
|
↓Magnesium
|
aminoglycosides,
corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral contraceptives,
tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine, cisplatin,
cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate,
penicillamine, raloxifene, Na phosphate, tacrolimus, zoledronic acid
|
↑Magnesium
|
Usually associated with
intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas
|
↓ Fosfor
|
Thiazide diuretics;
alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine, digoxin,
foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline,
zoledronic acid
|
↑ Fosfor
|
Etidronate, foscarnet, Na
phosphate laxatives & enema
|
↓Kalium
|
Aminoglycosides, loop
diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide,
amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin,
foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate &
phosphates
|
↑ Kalium
|
ACE inhibitors,
angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium
sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium,
pentamidine, succinylcholine
|
↓ Natrium
|
Aminoglicosides, loop
diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics, salicylates ;
acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet
|
↑ Natrium
|
Hypertonic IV solution,
mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas
|
↓ Zink
|
ACE inhibitors,
corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor
antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol,
hydralazine, penicillamine
|
↓ Klorida
|
Thiazide diuretics, loop
diuretics
|
↑ Klorida
|
Spironolactone,
triamterene
|
Lampiran 2 Deplesi Nutrien karena Obat
Kelas Obat
|
Deplesi Nutrien
|
5-aminosalacylic acid
derivatives
|
Asam folat
|
ACE inhibitors
|
Zink
|
Aminoglycosides
|
Mg, K, Ca, Na
|
Barbiturates
|
Biotin, Ca, Asam folat, Vitamin D & K
|
Corticosteroids
|
Ca, Asam folat, Mg, K,
Selenium, Vit C & D, Zink
|
Estrogens
|
Mg, vitamin B2/B6 &
C, Zink
|
H2 receptor antagonists
|
Ca, Asam folat, Iron,
Vitamin B12 & D, Zink
|
Loop diuretics
|
Ca, Mg, K, Na, Vitamin B1/B6 & C, Zink
|
Magnesium and aluminium
antacids
|
Ca,
P
|
NSAIDs
|
Asam folat
|
Oral contraceptives
|
Asam folat, Mg,
Tryptophan, Tyrosine, Vitamin B2/B3/B6/B12 & C, Zink
|
Proton pump inhibitors
|
Vitamin B12
|
Reverse transcript
inhibitors
|
Carnitine, Copper,
Vitamin B12, Zink
|
Thiazides diuretics
|
Mg, P, K, Na, Zink
|
Tricyclic antidepressants
|
Vitamin B2
|
Macam-macam obat
|
Deplesi nutrien
|
Acetaminophen
|
Glutathione
|
Amphotericin B
|
Ca, Mg, K, Na
|
Aspirin
|
Asam folat, Iron, K, Na,
Vitamin C
|
Bisacodyl
|
K, Na
|
Chlorpromazine
|
Vitamine B2
|
Cholestyramine
|
Beta-carotene,
Ca, Asam folat, Iron, Mg, P,
Vitamin A/B12/D/E/K, Zink
|
Cisplatin
|
Ca, Mg, K
|
Clonidine
|
Zink
|
Colchicine
|
Beta-carotene, Ca, K, Na,
Vitamin B12
|
Colestipol
|
Beta-carotene, Asam
folat, Iron, Vitamin A/B12/D/E
|
Cyclosporine
|
Mg, K
|
Digoxin
|
Ca, Mg, P, Vitamin B1
|
Fenofibrate
|
Vitamin E
|
Foscarnet
|
Ca, Mg, P, K
|
Gemfibrozil
|
Vitamin E
|
Hydralazine
|
Vitamin B6
|
Indomethacin
|
Asam folat, Iron
|
Levodopa
|
K
|
Metformin
|
Asam folat, Vitamin B12
|
Methotrexate
|
Asam folat
|
Methyldopa
|
Zink
|
Orlistat
|
Beta-carotene, Vitamin D
& E
|
Penicillamine
|
Copper,
Mg, Vitamin B6, Zink
|
Kalium Klorida
(timed-release)
|
Vitamin B12
|
Primidone
|
Biotin, Asam folat, Vitamin D & K
|
Raloxifene
|
Mg, Vitamin B2/B6/C, Zink
|
Salsalate
|
Asam folat
|
Theophylline
|
P, Vitamin B1/B6
|
Thioridazine
|
Vitamin B2
|
Triamterene
|
Ca, Asam folat, Zink
|
Asam valproat
|
Carnitine, Asam folat
|
Zonisamide
|
Biotin, Inositol, Vitamin B1/B2/B3/B6/B12 & K
|
Lampiran
3 Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis
Obat
|
Interaksi
|
Akibat klinis yang
mungkin
|
Tetrasiklin
|
Penurunan ketersediaanhayati dengan susu dan produk susu
|
Gagal terapi
|
Siprofloksasin
|
Penurunan ketersediaanhayati dengan susu dan produk susu
|
Gagal terapi
|
Azitromisin
|
Penurunan
ketersediaanhayati dg makanan
|
Gagal terapi
|
Itrakonazol
|
Penurunan
ketersediaanhayati dg makanan
|
Mungkin Gagal terapi
|
Penisilamin
|
Penurunan
ketersediaanhayati dg makanan
|
Gagal terapi
|
Didanosin
|
Makanan mengurangi ketersediaanhayati
|
Gagal terapi
|
Indinavir
|
Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
|
Gagal terapi
|
Saquinavir
|
Garlic (allicin)
mengurangi ketersediaanhayati
|
Aktivitas antiviral
berkurang
|
Atiovaquone
|
Makanan meningkatkan
ketersediaanhayati
|
Khasiat bertambah bila bersama makan
|
Lovodopa
|
Protein mengurangi transpor ke otak
|
Menurunkan khasiat
|
Teofilin
|
Makanan lemak
meningkatkan penyerapan
|
Kemungkinan toksisitas
|
Warfarin
|
Makanan kaya Vitamin K
melawan efek antikoagulans
|
menurunkan efek
antikoagulasi
|
Siklosporin
|
Makanan dan sari grapefruit meningkatkan kadar plasma
|
mungkin toksisitas
|
Alendronate
|
Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
|
Gagal terapi
|
Penghambat MAO
|
Meningkatkan kadar
tiramin
|
Krisis hipertensi
|
Terfanadin
|
Sari Grapefruit
meningkatkan ketersediaanhayati
|
Kadar plasma bertahan lebih lama
|
Felodipin
|
Makanan meningkatkan
ketersediaanhayati
|
Efek samping lebih besar
|
Diuretik
|
Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
|
Gagal terapi
|
Spironolakton
|
Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
|
Khasiat bertambah bila bersama makan
|
Propranolol
|
Makanan menambah
ketersediaanhayati
|
Efek samping bertambah
|
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Interaksi obat adalah kejadian di mana
suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau
mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki
sebelumnya. Interaksi bisa
saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan
mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus
Interaksi obat dianggap penting secara
klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat
yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya yaitu inkompatibilitas
ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak
tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
menyebebkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang
hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, terjadi
kelembapan bahan obat dan lain – lain, atau mungkin juga tidak terlihat.
Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
III.2
Saran
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki
efek yang tak dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan
mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat,
sebaiknya dalam penggunaan obat yang akan dikombinasikan dokter harus lebih
memahami reaksi kimia atau inkompatibilitas dari pada obat yang akan diberikan,
terutama untuk obat injeksi dan infus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Center for Drug Evaluation and Research
(CDER). In Vivo Drug Metabolism/Drug Interaction Studies - Study Design, Data
Analysis, and Recommendations for Dosing and Labeling. 1999
2. Brazier NC, Levine MA. Drug-herb interaction among commonly used
conventional medicines: a compendium for health care professionalsAmerican
Journal of Therapeutics 2003; 10(3): 163-169
3. Soo An Choi. The role of pharmacist in NST. Proceedings of 11th
PENSA Congress. pp256-258.
4. Kowaluk EA, Roberts MS, Blackburn HD, Polack AE. Interactions
between drugs and polyvinyl chloride infusion bags. Am J Hosp
Pharm.1981;38(9):1308-14
5. Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction
Products in Parenteral Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637
6. Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC,
Riediker S. Acrylamide from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct 3;419(6906):449-50.
7. Fakultas Kedoteran UI.1995
” Farmakologi dan Terapi Ed-4 hal 545-559”. UI-Press. Jakarta
8. http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahui-untukku.html
9. http://www.drugs.com/drug_interaction.html
10. http://www.drugs.com/drug_information.html