Kamis, 01 Desember 2011

interaksi obat di luar tubuh


TUGAS
INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT DI LUAR TUBUH


logo_istn

Oleh :
Alex Bonajaya              ( 09334032 )



Dosen Pembimbing:
Dra. Refdanita, M.Si., Apt

FAKULTAS MIPA JURUSAN FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
ISTN 2011
DAFTAR ISI


BAB I
PENDAHULUAN
                        I.1 Latar Belakang.................................................................................................... 3
                     I.2 Perumusan Masalah........................................................................................... 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian………………………………………………………………………..........................................4
                        II.2 Macam-macam interaksi obat.......................................................................... 6
                     II.3 Sasaran Interaksi Obat...................................................................................... 7
                          II.4 Interaksi Obat di Luar Tubuh.......................................................................... 8

BAB III
PENUTUP
                      III.1 Kesimpulan.................................................................................................... 21
III.2 Saran................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 22



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan terdapat interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau dengan obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) memudahkan terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya yaitu inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat dan lain – lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Bagi seorang dokter, interaksi farmasetik yang penting adalah interaksi interaksi antar obat suntik, dan interaksi antar obat suntik dengan cairan infus. Banyak obat suntik tidak kompatibel dengan berbagai obat suntik lain, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan bahan pembawanya, oleh karena itu dianjurkan tidak mencampurkan obat suntik dalam satu semprit dengan cairan infus, kecuali jika bila jelas diketahui tidak ada interaksi. Contoh : amfoterisin B mengendap dalam larutan garam fisiologis atau larutan Ringer.

I. 2 Perumusan masalah
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, pada makalah ini dibahas interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Pengertian
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus
            Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar.
            Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.
Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain. Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu: obat presipitan dan obat objek.

Obat Presipitan
Obat Presipitan adalah obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi efek obat lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:
Ø Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat sehingga menimbulkan efek toksik.
Ø Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (Inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.
Ø Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.
Obat Objek
Obat objek adalah obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain. Cirinya adalah :
Ø Mempunyai kurva dose response yang curam
Ø Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah
Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas sering kali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit. Selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama pemberian kronik)
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat
a.       Faktor penderita
Ø Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia)
Ø Sifat keturunan
Ø Penyakit yang sedang diderita
Ø Fungsi hati dan ginjal
b.   Faktor obat
Ø Jumlah obat yang digunakan
Ø Jangka waktu pengobatan
Ø Jarak waktu penggunaan dua obat
Ø Urutan pemberian ohat
Ø Bentuk sediaan obat


II. 2 Macam-Macam Interaksi Obat

1.Interaksi farmasetis
            Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan /disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu senyawa dll.
Bentuk interaksi:
a.Interaksi secara fisik
Misalnya :
-Terjadi perubahan kelarutan
-Terjadinya turun titik beku
b.Interaksi secara kimia
Misalnya :
Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
2. Interaksi Farmakokinetika
Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada :
-Absorbsi
            Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi banyak factor antara lain, berubahnya: kecepatan aliran darah GI, motilitas GI, pH GI, kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek yang tidak larut.
-Distribusi
            Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine, Guenethidine, debricoquine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan tempat terjadinya efek terapeutik, di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan mungkin juga oleh beberapa phenothiazine) sehingga terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan darah.
-metildopa.
aMekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan trisiklik dengan clonidine.
-Metabolisme
            Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang mengandung cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna antara sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim primer yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan kadar metadon secara bermakna. Sistem ini dapat dipengaruhi oleh induksi maupun inhibisi enzim, sebagaimana dibahas dalam contoh berikut
            Induksi enzim - obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat yang memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan berkurang, sementara efektivitas obat A tidak berubah.
            Inhibisi enzim - obat A menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B, sehingga peninggian obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis.
Ketersediaan hayati – obat A mempengaruhi penyerapan obat B.
-Ekskresi
           
Yang disebabkan karena obat/senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dari perubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetika, seperti konsentrasi serum maksimum, luas area dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dsb.
3. Interaksi Farmakodinamika
            Adalah obat yang menyebabkan perubahan pada respon pasien disebabkan karena berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena obat lain yang terlihat sebagai perubahan aksi obat tanpa menglami perubahan konsentrasi plasma.
Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid.

II. 3 Sasaran Interaksi Obat
Ada 4 sasaran interaksi :
1.Interaksi Obat-obat
            Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling penting dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya (Walker dan Edward, 1999).
Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti terhadap terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat membahayakan pasien
2.Interaksi Obat – makanan
            Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter farmakokinetik dari obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat.
Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging, anggur merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu pelepasan norepinefrin sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan Arronson, 1992), makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).
3.Interaksi Obat – penyakit
            Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan penyakit sebagai kontraindikasi relatif terhadap pengobatan. Kontraindikasi mutlak merupakan resiko, pengobatan penyakit tertentu kurang secara jelas mempertimbangkan manfaat terhadap pasiennya (Shimp dan Mason, 1993). Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang dikontraindikasikan pada penyakit tertentu yang diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan fungsi hati dan ginjal, pada wanita hamil ataupun ibu yang sedang menyusui
Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang berupa phocomelia Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung.
4.Interaksi Obat – Hasil lab
            Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi diagnostik tes sehingga dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu. Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi. Misalnya pada pemakaian laksativ golongan antraquinon dapat menyebabkan tes urin pada uribilinogen tidak akurat (Stockley, 1999), atau dengan perubahan zat yang dapat diukur contohnya perubahan tes tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen (Shimp dan Mason, 1993)

II. 4 Interaksi Obat di Luar Tubuh
Interaksi obat selain terjadi di dalam tubuh atau terjadi setelah obat diberikan kepada pasien, namun dapat terjadi sebelum diberikan kepada pasien atau dengan kata lain interaksi obat terjadi di luar tubuh. Interaksi obar diluar tubuh manusia disebut juga interaksi inkompabilitas, karena interaksi ini terjadi sebelum obat diberikan antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisika atau kimia, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Hal yang paling penting untuk diketahui oleh dokter maupun apoteker sebagai tenaga kesehatan adalah  interaksi obat diluar tubuh yaitu interaksi antara obat suntik dengan cairan infus, dimana banyak sekali obat-obat suntik yang inkompatibilitas dengan cairan infus.Selain itu interaksi obat dapat terjadi pada saat formulasi atau disiapkan sebelum digunakan oleh pasien.
Contoh interaksi obat di luar tubuh
Obat A
Obat B
Efek
a.Interaksi Langsung
- Tetrasiklin



- Digoksin, digitoksin


b. Perubahan pH cairan saluran cerna
- NaHCO3





Kation multivalen (Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antasida, Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi
Kolestiramin, kortikosteroid, tiroksin



Tetrasiklin

Aspirin





Terbentuk kelat yang tidak dapat diabsorbsi sehingga absobsi obat A menurun

Obat A di ikat obat B sehingga absobsi obat A menurun

Kelarutan obat B menurun sehingga absobsi obat B menurun
Kelarutan (kecepatan disolusi meningkat) sehingga absobsi obat B meningkat
Contoh-contoh obat yang berinteraksi diluar tubuh manusia
No
Obat A
Obat B
Interaksi yang terjadi

1.
Oksitetrasiklin-
HCl
Diphenhidramin
Terbentuknya endapan


2.
Aspirin
Na-bikarbonat
Aspirin terhidrolisis

3.
Oksitertrasiklin- HCl
MgS04
Terbentuk ikatan komplek tak larut Oksitetrasiklin-Ca

4.
Oksitertrasiklin- HCl
Ca-glukonat
Terbentuk ikatan komplek tak larut Oksitetrasiklin-Ca

5.
Phenitoin-Na
infus
Terbentuk endapan

6.
Inj. Aminophilin
Inj. Diphenhidramin
Terbentuk erldapan

7.
Inj.
Oksitetrasiklin
Inj. Diphenhidramin
Terbentuk endapan

8.
Inj. Thiopenton
Inj. Suxamethonium
Terbentuk endapan

9.
Diazepam
Cairan infus
Terbentuk endapan

10
Phenitoin
Cairan infus
Terbentuk endapan

11
Soluble insulin
Protamin Zinc Insulin
Efek soluble insulin berkurang

12
Heparin
Hidrokortison
Heparin tidak aktif

13
Kanamicin
HidrokOltison
Kanamicin tidak aktif

14
Penicilin
Hidrokortison
Penicilin tidak aktif

15
Karbenicillin
Gentamicin
Gentamicin tidak aktif Karbenicilin rusak

16
Penicilin G
Vitamin C
Penicilin tidak aktif

17
Amfoterisin B
Larutan garam fisiologis atau larutan ringer
Amfoterisin B mengendap

18
Ceftazidime
Aminoglikosida
Inaktivasi pada ceftazidime

19
Ceftazidime
Vankomisin
Terbentuk endapan pada larutan ceftazidime

20
Ceftazidime
Larutan injeksi Na-bikarbonat
Ceftazidime kuning stabil

Inkompatibilitas obat IV

            Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika harus mencampur suatu obat, selalu ikuti petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian "piggy back"; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus juga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal. kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker.
            Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin, midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV. Ada obat injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas adalah natrium bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat.
Contoh Sediaan Injeksi yang Inkompatibilitas dengan Cairan Infus
KOMPOSISI :
Sulbacef Serbuk steril untuk injeksi, tiap vial mengandung :
Sefoperazon Natrium 500 mg dan
Sulbaktam Natrium 500 mg(setara dengan Sefoperazon dan Sulbaktam 1 g)
INDIKASI :
Sulbacef diindikasikan untuk :
- Monoterapi
Untuk pengobatan infeksi berikut ini yang disebabkan oleh organisme yang sensitif : Infeksi saluran pernafasan (atas dan bawah); infeksi saluran kemih (atas dan bawah); peritonitis, kolesistitis, kolangitis dan infeksi intra-abdomen yang lain; infeksi kulit dan jaringan penyangga kulit.
- Terapi kombinasi
Dapat dikombinasikan dengan antibiotik lain apabila memang ada indikasi.
DOSIS :
Dosis Sulbacef :
- Dewasa : Dosis sehari yang dianjurkan 2-4 g. Dosis harus diberikan setiap 12 jam dalam dosis terbagi. Pada infeksi yang berat atau sukar disembuhkan, dosis sehari dapat ditingkatkan sampai 8 g.
-  Anak-anak : Dosis sehari yang dianjurkan 40 - 80 mg/kg/hari. Dosis harus diberikan setiap 6-12 jam dalam dosis terbagi. Pada infeksi serius atau sukar disembuhkan, dosis dapat ditingkatkan sampai 160 mg/kg/hari.
-           Usia lanjut : Modifikasi dosis mungkin diperlukan dan dosis disesuaikan sesuai kebutuhan.
- Pada gangguan fungsi hati : Dosis Sefoperazon tidak boleh lebih dari 2 g/hari.
- Pada gangguan fungsi ginjal :
Klirens kreatinin 15-30 ml/menit : Dosis maksimal Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah 1 g (Dosis maksimal Sulbaktam sehari adalah 2 g).
Klirens kreatinin <15 ml/menit : Dosis maksimal Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah 500 mg (Dosis maksimum Sulbaktam sehari adalah 1 g).
Pada infeksi yang berat, mungkin diperlukan tambahan Sefoperazon. Gambaran farmakokinetik Sulbaktam secara bermakna dipengaruhi oleh hemodialisis. Waktu paruh serum Sefoperazon juga berkurang secara bermakna selama hemodialisis. Oleh karena itu, dosis harus diberikan terjadwal mengikuti periode dialisa.
Pemberian Sulbacef :
- Pemberian IV
Infus berkala :
1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml Dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau Aqua pro Injeksi, kemudian dilarutkan dalam 20 ml cairan infus, diberikan dalam 15 sampai 60 menit.
Injeksi IV :
1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau Aqua pro Injeksi dan diberikan minimum dalam 3 menit.
- Pemberian IM
Volume pelarut adalah 3,4 ml untuk 1 g Sulbacef.
Kompatibilitas :
Sulbacef dapat digunakan dengan Air Steril untuk Injeksi, Dekstrosa 5%, Normal Saline, Dekstrosa 5% dalam 0,225% Saline, dan Dekstrosa 5% dalam Normal Saline.
Inkompatibilitas: :
Sulbacef
tidak dapat dicampur secara langsung dengan Aminoglikosida, Larutan Ringer Laktat atau 2% larutan Lidokain HCl.
Larutan Sulbacef dan Aminoglikosida tidak dapat dicampur secara langsung, karena ada inkompatibilitas fisik diantara keduanya. Bila kombinasi kedua obat ini diperlukan, maka obat-obat ini dapat diberikan melalui infus intravena berkala secara berurutan dan terpisah dimana saluran infus harus dibilas dengan pelarut terlebih dahulu pada saat pergantian obat.
Rekonstitusi awal dengan larutan Ringer’s Laktat atau larutan Lidokain 2% harus dihindari karena campuran ini inkompatibel. Sehingga harus dilakukan dua langkah pelarutan, yaitu pada awalnya dicampur dengan air untuk injeksi dimana akan menghasilkan larutan yang kompatibel, kemudian dilarutkan dengan larutan Ringer’s Laktat atau larutan Lidokain 2%.

Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida)

            Di samping kompatibilitas obat-obat IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah bisa timbul bila menggunakan PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam larutan sudah bertahun-tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan PVC telah mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih digunakan. Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong PVC. Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau “hilang”nya obat dari kantong PVC:
1.   Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat.
2.   Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.
Reaksi Maillard
Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi. Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula bereaksi dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai molekul yang menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam amino dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena perlu diberikan sekaligus, dilakukan pemisahan di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu sebelum diberikan ke pasien.
Interaksi obat -Mikronutrien
Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.
Lampiran 1 Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien
↓ Kalsium
aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop diuretics ; amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin, colchicines, digoxin, doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate, minocycline, oxcarbazepine, oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital, phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide
↑ Kalsium
antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication, aminoiphylline, Ca carbonate, lithium
↓Magnesium
aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral contraceptives, tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine, cisplatin, cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate, penicillamine, raloxifene, Na phosphate, tacrolimus, zoledronic acid
↑Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas
↓ Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine, digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline, zoledronic acid
↑ Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema
↓Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin, foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate & phosphates
↑ Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium, pentamidine, succinylcholine
↓ Natrium
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics, salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet
↑ Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas
↓ Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol, hydralazine, penicillamine
↓ Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics
↑ Klorida
Spironolactone, triamterene
  Lampiran 2 Deplesi Nutrien karena Obat
Kelas Obat
Deplesi Nutrien
5-aminosalacylic acid derivatives
Asam folat
ACE inhibitors
Zink
Aminoglycosides
Mg, K, Ca, Na
Barbiturates
Biotin, Ca, Asam folat, Vitamin D & K
Corticosteroids
Ca, Asam folat, Mg, K, Selenium, Vit C & D, Zink
Estrogens
Mg, vitamin B2/B6 & C, Zink
H2 receptor antagonists
Ca, Asam folat, Iron, Vitamin B12 & D, Zink
Loop diuretics
Ca, Mg, K, Na, Vitamin B1/B6 & C, Zink
Magnesium and aluminium antacids
Ca, P
NSAIDs
Asam folat
Oral contraceptives
Asam folat, Mg, Tryptophan, Tyrosine, Vitamin B2/B3/B6/B12 & C, Zink
Proton pump inhibitors
Vitamin B12
Reverse transcript inhibitors
Carnitine, Copper, Vitamin B12, Zink
Thiazides diuretics
Mg, P, K, Na, Zink
Tricyclic antidepressants
Vitamin B2
Macam-macam obat
Deplesi nutrien
Acetaminophen
Glutathione
Amphotericin B
Ca, Mg, K, Na
Aspirin
Asam folat, Iron, K, Na, Vitamin C
Bisacodyl
K, Na
Chlorpromazine
Vitamine B2
Cholestyramine
Beta-carotene, Ca, Asam folat, Iron, Mg, P,
Vitamin A/B12/D/E/K, Zink
Cisplatin
Ca, Mg, K
Clonidine
Zink
Colchicine
Beta-carotene, Ca, K, Na, Vitamin B12
Colestipol
Beta-carotene, Asam folat, Iron, Vitamin A/B12/D/E
Cyclosporine
Mg, K
Digoxin
Ca, Mg, P, Vitamin B1
Fenofibrate
Vitamin E
Foscarnet
Ca, Mg, P, K
Gemfibrozil
Vitamin E
Hydralazine
Vitamin B6
Indomethacin
Asam folat, Iron
Levodopa
K
Metformin
Asam folat, Vitamin B12
Methotrexate
Asam folat
Methyldopa
Zink
Orlistat
Beta-carotene, Vitamin D & E
Penicillamine
Copper, Mg, Vitamin B6, Zink
Kalium Klorida (timed-release)
Vitamin B12
Primidone
Biotin, Asam folat, Vitamin D & K
Raloxifene
Mg, Vitamin B2/B6/C, Zink
Salsalate
Asam folat
Theophylline
P, Vitamin B1/B6
Thioridazine
Vitamin B2
Triamterene
Ca, Asam folat, Zink
Asam valproat
Carnitine, Asam folat
Zonisamide
Biotin, Inositol, Vitamin B1/B2/B3/B6/B12 & K
Lampiran 3 Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis
Obat
Interaksi
Akibat klinis yang mungkin
Tetrasiklin
Penurunan ketersediaanhayati dengan susu dan produk susu
Gagal terapi
Siprofloksasin
Penurunan ketersediaanhayati dengan susu dan produk susu
Gagal terapi
Azitromisin
Penurunan ketersediaanhayati dg makanan
Gagal terapi
Itrakonazol
Penurunan ketersediaanhayati dg makanan
Mungkin Gagal terapi
Penisilamin
Penurunan ketersediaanhayati dg makanan
Gagal terapi
Didanosin
Makanan mengurangi ketersediaanhayati
Gagal terapi
Indinavir
Makanan mengurangi ketersediaanhayati
Gagal terapi
Saquinavir
Garlic (allicin) mengurangi ketersediaanhayati
Aktivitas antiviral berkurang
Atiovaquone
Makanan meningkatkan ketersediaanhayati
Khasiat bertambah bila bersama makan
Lovodopa
Protein mengurangi transpor ke otak
Menurunkan khasiat
Teofilin
Makanan lemak meningkatkan penyerapan
Kemungkinan toksisitas
Warfarin
Makanan kaya Vitamin K melawan efek antikoagulans
menurunkan efek antikoagulasi
Siklosporin
Makanan dan sari grapefruit meningkatkan kadar plasma
mungkin toksisitas
Alendronate
Makanan mengurangi ketersediaanhayati
Gagal terapi
Penghambat MAO
Meningkatkan kadar tiramin
Krisis hipertensi
Terfanadin
Sari Grapefruit meningkatkan ketersediaanhayati
Kadar plasma bertahan lebih lama
Felodipin
Makanan meningkatkan ketersediaanhayati
Efek samping lebih besar
Diuretik
Makanan mengurangi ketersediaanhayati
Gagal terapi
Spironolakton
Makanan mengurangi ketersediaanhayati
Khasiat bertambah bila bersama makan
Propranolol
Makanan menambah ketersediaanhayati
Efek samping bertambah























BAB III
PENUTUP


III.1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya yaitu inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya menyebebkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat dan lain – lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
           
III.2 Saran
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, sebaiknya dalam penggunaan obat yang akan dikombinasikan dokter harus lebih memahami reaksi kimia atau inkompatibilitas dari pada obat yang akan diberikan, terutama untuk obat injeksi dan infus.





DAFTAR PUSTAKA
1.   Center for Drug Evaluation and Research (CDER). In Vivo Drug Metabolism/Drug Interaction Studies - Study Design, Data Analysis, and Recommendations for Dosing and Labeling. 1999
2.   Brazier NC, Levine MA. Drug-herb interaction among commonly used conventional medicines: a compendium for health care professionalsAmerican Journal of Therapeutics 2003; 10(3): 163-169
3.   Soo An Choi. The role of pharmacist in NST. Proceedings of 11th PENSA Congress. pp256-258.
4.   Kowaluk EA, Roberts MS, Blackburn HD, Polack AE. Interactions between drugs and polyvinyl chloride infusion bags. Am J Hosp Pharm.1981;38(9):1308-14
5.   Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products in Parenteral Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637
6.   Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker S. Acrylamide from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct 3;419(6906):449-50.
7.   Fakultas Kedoteran UI.1995  ” Farmakologi dan Terapi Ed-4 hal 545-559”. UI-Press. Jakarta
8.   http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahui-untukku.html
9.   http://www.drugs.com/drug_interaction.html
10. http://www.drugs.com/drug_information.html